"aku ingin menuliskan imajinasiku pada lembaran baru dalam hidupku. gadis kecil yang berkelana ke dunia nyata tanpa arah dan tujuan"

Rabu, 14 Desember 2011

Cerpen

Lambaian Musim Gugur
Karya : Dantika Lavinia
           
            Senja itu, Flora duduk di bawah pohon sakura. Hatinya mersa tenang saat memandangi pohon bunga itu jatuh berguguran. Sudah dua hari ia melalui musim gugur tahun ini. Tetapi tidak ada hal menakjubkan yang terjadi. Tiba-tiba terdengar sapaan lembut dari balik juntaian bunga sakura.
            “Sedang apa kau disana?” tanya orang itu.
Flora memandangi orang itu dengan seksama.

“Ohhh.... ternyata kamu, Vriss. Aku hanya igin menikmati musim gugur. Bunga sakuranya indah kalau jatuh.” Jawab Flora.
“Boleh aku duduk disebelahmu?” tanya Vrissy.
 “Tentu saja. Ayo kesini !”
Dua gadis itu sudah berteman sejak SD. Kini mereka berdua sudah duduk di kelas 3 SMA. Sejuta lapisan kenangan dan harapan mewarnai persahabatan mereka. Saat rona senja muncul, dua gadis itu bergegas pulang ke rumahnya masing-masing.
            Keesokan harinya, seperti biasa Flora menjemput Vrissy untuk berangkat sekolah. Tetapi saat Flora mengetuk pintu rumah Vrissy, seorang wanita baya keluar lalu berkata, “ Maaf, hari ini Vrissy tidak masuk sekolah, sedang kontrol di rumah sakit.”
            Akhirnya Flora berangkat sekolah sendirian. Di perjalanan, Flora terus merangkai memorinya.
            “ Kenapa ya akhir-akhir ini Vrissy sering kontrol ke rumah sakit? Apa dia menderita sakit yang parah ya?” gumamnya dalam hati.
            Sudah tiga hari berturut-turut Vrissy tidak masuk sekolah karena harus kontrol ke rumah sakit. Akhir-akhir inipun wajahnya terlihat sangat pucat dan tubuhnya lemah. Flora sangat khawatir dengan keadaan Vrissy.
            Sepulang sekolah Flora bermaksud menjenguk Vrissy. Diambilnya lima tangkai bunga sakura di depan sekolah lalu dikat menggunakan pita merah muda.
            Saat Flora datang, ternyata Vrissy sedang duduk di bawah pohon sakura dekat rumahnya. Wajahnya pucat merona. Dengan gaun putihnya, ia terlihat sangat manis. Flora menghampirinya.

            “ Vrissy, kau tak apa kan?”
            “ Oh...Flora. apa maksudmu?”
            “ Akhir-akhir ini kau terlihat lemah dan wajahmu juga terlihat pucat.”
            “ aku tak apa. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Percayalah.”
Flora tahu bahwa Vrissy berbohong padanya. Tampak dari raut mukanya. Tapi Flora tak menghiraukan ekspresi wajah Vrissy. Diambilnya seikat sakura dari dalam tasnya.
            “ Ini untukmu.” Kata Flora.
            “ Terima kasih. Sakuranya indah.” Sahutnya dengan nada suara lirih.
            “ Eh... kamu tahu tidak? Katanya bunga sakura itu adalah bungan pemberi kabar duka.”
            “ Maksudmu?”
            “ Kata nenekku : kalau ada bunga sakura yang jatuh terakhir pada musim gugur berarti ada berita duka. Tapi aku tidak pernah percaya cerita itu.”
            Tiba-tiba Vrissy menangis mendengar ucapan Flora. Rangkaian angin yang berhembus bersamaan dengan gugurnya bunga sakura menjawab semua perasaan Vrissy. Flora merasa bingung. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan Vrissy. Ia hanya bisa menenangkan sahabatnya itu.
            Sudah empat hari musim gugur berlalu. Vrissy hanya dapat duduk-duduk saja di beranda rumahnya. Sesekali ia merangkai bunga sakura yang gugur menjadi mahkota.
            Senja itu Flora datang ke rumah Vrissy. Ia membawa sehelai pita merah muda di tangannya.
            “ Vriss, nih aku kasih pita.” Ujar Flora.
            “ Untukku?”
            “ Ya. Kemarin aku beli pita dua buah. Yang satu untukku dan yang satunya untukmu.”
            “ Terima kasih banyak.”
Wajahnya yang semula muram berubah menjadi gembira. Lensa matanya yang biru menatap pita itu terus menerus.
            “ Kau suka?” tanya Flora.
            “ Ya. Aku suka sekali.”
            “ Syukurlah. Kukira kau tidak suka.”
            “ Maaf, aku mau tanya.”
            “ Tanya? Tanya apa?”
            “ Kemarin kan kamu bilang ‘ Kalau ada bunga sakura yang gugur terakhir pada musim gugur berarti ada berita duka’. Lalu kalau misalnya tidak pernah ada bunga sakura yang jatuh terakhir pada musim gugur bagaimana?”
            “ Ya berarti ada kabar gembira.” Jawab Flora asal-asalan.
Flora tak mengerti apa maksud perkataan Vrissy. Tapi jika dicermati dari nada suara Vrissy, sepertinya ia sungguh-sungguh. Vrissy memang tipe orang yang susah dimengerti.
            “ Eh... ngomong-ngomong apa itu yang kau buat?” tanya Flora penasaran.
            “ Ini? Ini bunga sakura yang kurangkai menjadi mahkota. Aku membuat dua buah lho !”
            “ Untuk siapa?”
            “ Untuk orang yang kusayang dan untukku.”
            “Oh..”  
Sorot mata biru Vrissy yang semula bening, kini tertutupi air mata. Tampaknya ia akan menangis. Karena tak tahu apa yang harus dilakukan, Florapun berpamitan pulang.
            Pagi harinya Flora pergi ke taman dekat rumahnya. Kebetulan hari itu adalah hari minggu. Tapi sayangnya, hari itu flora tak melihat batang hidung Vrissy. Ia sangat suka melihat gugurnya bunga sakura. Bunganya tampak berkilauan jika terkena sinar matahari. Bagaikan permata merah muda yang gugur menyentuh lapisan bumi.
            Esok harinya sepulang sekolah, Flora berhenti sejenak di bawah pohon sakura depan sekolahnya. Nampaknya bunga pohon itu tinggal setangkai saja. Beberapa saat kemudian, bunga terakhir itupun jatuh. Tanpa sadar, wajah Vrissy muncul di benak Flora. Untuk sesaat hatinya terasa hening.
            Langkahnya tergerak menuju rumah Vrissy. Sesampainya disana, dilihatnya kerumunan orang yang berlinang air mata. Ternyata sahabatnya itu telah tiada. Butiran permata jatuh berlinang menyentuh bumi. Itu adalah air mata kesedihan Flora. Sesaat kemudian, ada seorang wanita baya yang menghampiri Flora. Ia membawa sepucuk surat dan rangkaian bunga sakura.
            “ Ini dari Vrissy. Untukmu.” Kata wanita itu.
            “ Terima kasih.... terima kasih banyak.” Sahut Flora.
Flora duduk di bawah pohon sakura dekat rumah Vrissy. Dibacanya surat itu.


Dear Flora
            Terima kasih karena kamu sudah jadi teman terbaik bagiku. Maaf aku tidak pernah bercerita tentang penyakitku kepadamu. Aku tak ingin membuat kau khawatir. Dan aku harap kau tidak bersedih karena ini bukan berita duka.
            Lihatlah pohon sakura dekat rumahku. Bunganya masih ada bukan? Itu berarti ini adalah berita gembira seperti perkataanmu dulu. Jadi janganlah bersedih. Kemari aku sempat merangkai bunga sakura untukmu. Mahkota ini adalah hasil tanganku sendiri. Terima kasih atas kebaikanmu selama ini.

Vrissy 
 
            Setelah membaca surat itu, tanpa sadar air mata Flora membasahi pipinya. Ia sangat menyesal kenapa ia tidak pernah menyadari penyakit yang diderita oleh Vrissy.
            Dipandanginya pohon sakura itu terus menerus. Ternyata terdapat kejanggalan pada bunga pohon tersebut. Bunga sakura terakhir dari pohon itu diikat menggunakan sehelai benang. Pantas saja pada surat yang ditulis Vrissy ia berkata bahwa berita kematiannya adalah kabar gembira.
            Musim gugur tahun itu merupakan musim terburuk bagi Flora. Dan bunga sakuralah yang menjadi saksi bisu kesedihan Flora. Lambaian musim gugur dan hembusan angin mewarnai musim gugur tahun ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar