Lambaian Musim Gugur
Karya : Dantika Lavinia
Senja itu, Flora duduk di bawah pohon sakura.
Hatinya mersa tenang saat memandangi pohon bunga itu jatuh berguguran. Sudah
dua hari ia melalui musim gugur tahun ini. Tetapi tidak ada hal menakjubkan
yang terjadi. Tiba-tiba terdengar sapaan lembut dari balik juntaian bunga
sakura.
“Sedang
apa kau disana?” tanya orang itu.
Flora memandangi orang itu dengan seksama.
“Ohhh....
ternyata kamu, Vriss. Aku hanya igin menikmati musim gugur. Bunga sakuranya
indah kalau jatuh.” Jawab Flora.
“Boleh
aku duduk disebelahmu?” tanya Vrissy.
“Tentu
saja. Ayo kesini !”
Dua gadis itu sudah berteman sejak SD. Kini mereka
berdua sudah duduk di kelas 3 SMA. Sejuta lapisan kenangan dan harapan mewarnai
persahabatan mereka. Saat rona senja muncul, dua gadis itu bergegas pulang ke
rumahnya masing-masing.
Keesokan
harinya, seperti biasa Flora menjemput Vrissy untuk berangkat sekolah. Tetapi
saat Flora mengetuk pintu rumah Vrissy, seorang wanita baya keluar lalu
berkata, “ Maaf, hari ini Vrissy tidak masuk sekolah, sedang kontrol di rumah
sakit.”
Akhirnya
Flora berangkat sekolah sendirian. Di perjalanan, Flora terus merangkai
memorinya.
“
Kenapa ya akhir-akhir ini Vrissy sering kontrol ke rumah sakit? Apa dia
menderita sakit yang parah ya?” gumamnya dalam hati.
Sudah
tiga hari berturut-turut Vrissy tidak masuk sekolah karena harus kontrol ke
rumah sakit. Akhir-akhir inipun wajahnya terlihat sangat pucat dan tubuhnya
lemah. Flora sangat khawatir dengan keadaan Vrissy.
Sepulang
sekolah Flora bermaksud menjenguk Vrissy. Diambilnya lima tangkai bunga sakura
di depan sekolah lalu dikat menggunakan pita merah muda.
Saat
Flora datang, ternyata Vrissy sedang duduk di bawah pohon sakura dekat
rumahnya. Wajahnya pucat merona. Dengan gaun putihnya, ia terlihat sangat
manis. Flora menghampirinya.
“
Vrissy, kau tak apa kan?”
“
Oh...Flora. apa maksudmu?”
“
Akhir-akhir ini kau terlihat lemah dan wajahmu juga terlihat pucat.”
“
aku tak apa. Tak ada yang perlu kau khawatirkan. Percayalah.”
Flora tahu bahwa Vrissy berbohong padanya. Tampak
dari raut mukanya. Tapi Flora tak menghiraukan ekspresi wajah Vrissy.
Diambilnya seikat sakura dari dalam tasnya.
“
Ini untukmu.” Kata Flora.
“
Terima kasih. Sakuranya indah.” Sahutnya dengan nada suara lirih.
“
Eh... kamu tahu tidak? Katanya bunga sakura itu adalah bungan pemberi kabar
duka.”
“
Maksudmu?”
“
Kata nenekku : kalau ada bunga sakura yang jatuh terakhir pada musim gugur
berarti ada berita duka. Tapi aku tidak pernah percaya cerita itu.”
Tiba-tiba
Vrissy menangis mendengar ucapan Flora. Rangkaian angin yang berhembus
bersamaan dengan gugurnya bunga sakura menjawab semua perasaan Vrissy. Flora
merasa bingung. Ia tak tahu apa yang terjadi dengan Vrissy. Ia hanya bisa
menenangkan sahabatnya itu.
Sudah
empat hari musim gugur berlalu. Vrissy hanya dapat duduk-duduk saja di beranda
rumahnya. Sesekali ia merangkai bunga sakura yang gugur menjadi mahkota.
Senja
itu Flora datang ke rumah Vrissy. Ia membawa sehelai pita merah muda di
tangannya.
“
Vriss, nih aku kasih pita.” Ujar Flora.
“
Untukku?”
“
Ya. Kemarin aku beli pita dua buah. Yang satu untukku dan yang satunya
untukmu.”
“
Terima kasih banyak.”
Wajahnya yang semula muram berubah menjadi
gembira. Lensa matanya yang biru menatap pita itu terus menerus.
“
Kau suka?” tanya Flora.
“
Ya. Aku suka sekali.”
“
Syukurlah. Kukira kau tidak suka.”
“
Maaf, aku mau tanya.”
“
Tanya? Tanya apa?”
“
Kemarin kan kamu bilang ‘ Kalau ada bunga sakura yang gugur terakhir pada musim
gugur berarti ada berita duka’. Lalu kalau misalnya tidak pernah ada bunga
sakura yang jatuh terakhir pada musim gugur bagaimana?”
“
Ya berarti ada kabar gembira.” Jawab Flora asal-asalan.
Flora tak mengerti apa maksud perkataan Vrissy.
Tapi jika dicermati dari nada suara Vrissy, sepertinya ia sungguh-sungguh.
Vrissy memang tipe orang yang susah dimengerti.
“
Eh... ngomong-ngomong apa itu yang kau buat?” tanya Flora penasaran.
“
Ini? Ini bunga sakura yang kurangkai menjadi mahkota. Aku membuat dua buah lho
!”
“
Untuk siapa?”
“
Untuk orang yang kusayang dan untukku.”
“Oh..”
Sorot mata biru Vrissy yang semula bening, kini
tertutupi air mata. Tampaknya ia akan menangis. Karena tak tahu apa yang harus
dilakukan, Florapun berpamitan pulang.
Pagi
harinya Flora pergi ke taman dekat rumahnya. Kebetulan hari itu adalah hari
minggu. Tapi sayangnya, hari itu flora tak melihat batang hidung Vrissy. Ia
sangat suka melihat gugurnya bunga sakura. Bunganya tampak berkilauan jika
terkena sinar matahari. Bagaikan permata merah muda yang gugur menyentuh
lapisan bumi.
Esok
harinya sepulang sekolah, Flora berhenti sejenak di bawah pohon sakura depan
sekolahnya. Nampaknya bunga pohon itu tinggal setangkai saja. Beberapa saat
kemudian, bunga terakhir itupun jatuh. Tanpa sadar, wajah Vrissy muncul di
benak Flora. Untuk sesaat hatinya terasa hening.
Langkahnya
tergerak menuju rumah Vrissy. Sesampainya disana, dilihatnya kerumunan orang
yang berlinang air mata. Ternyata sahabatnya itu telah tiada. Butiran permata
jatuh berlinang menyentuh bumi. Itu adalah air mata kesedihan Flora. Sesaat
kemudian, ada seorang wanita baya yang menghampiri Flora. Ia membawa sepucuk
surat dan rangkaian bunga sakura.
“
Ini dari Vrissy. Untukmu.” Kata wanita itu.
“
Terima kasih.... terima kasih banyak.” Sahut Flora.
Flora duduk di bawah pohon sakura dekat rumah
Vrissy. Dibacanya surat itu.
Dear Flora
Terima kasih karena kamu
sudah jadi teman terbaik bagiku. Maaf aku tidak pernah bercerita tentang
penyakitku kepadamu. Aku tak ingin membuat kau khawatir. Dan aku harap kau
tidak bersedih karena ini bukan berita duka.
Lihatlah pohon sakura
dekat rumahku. Bunganya masih ada bukan? Itu berarti ini adalah berita gembira
seperti perkataanmu dulu. Jadi janganlah bersedih. Kemari aku sempat merangkai
bunga sakura untukmu. Mahkota ini adalah hasil tanganku sendiri. Terima kasih
atas kebaikanmu selama ini.
Vrissy
|
Setelah
membaca surat itu, tanpa sadar air mata Flora membasahi pipinya. Ia sangat menyesal
kenapa ia tidak pernah menyadari penyakit yang diderita oleh Vrissy.
Dipandanginya
pohon sakura itu terus menerus. Ternyata terdapat kejanggalan pada bunga pohon
tersebut. Bunga sakura terakhir dari pohon itu diikat menggunakan sehelai
benang. Pantas saja pada surat yang ditulis Vrissy ia berkata bahwa berita
kematiannya adalah kabar gembira.
Musim
gugur tahun itu merupakan musim terburuk bagi Flora. Dan bunga sakuralah yang
menjadi saksi bisu kesedihan Flora. Lambaian musim gugur dan hembusan angin
mewarnai musim gugur tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar