"aku ingin menuliskan imajinasiku pada lembaran baru dalam hidupku. gadis kecil yang berkelana ke dunia nyata tanpa arah dan tujuan"

Kamis, 05 April 2012

Karangan

TERKUBURNYA MEMORI KEPAHLAWANAN
DI DASAR HARAPAN

            10 November 64 tahun silam, terjadi peristiwa yang sangat berarti bagi perkembangan bangsa Indonesia saat ini. Kota Surabaya menjadi saksi bisu perjuangan korban – korban penjajahan yang terkubur di bawah tangisan rakyat. Tetapi, kini peristiwa itu hanya terkenang bak bayang yang cepat belalu. Seiring dengan bergantinya waktu, peristiwa itu hanya termemori oleh kalangan tertentu. Hanya segelintir orang yang tahu sejarah terjadinya peristiwa heroik tersebut. Banyak kalangan pemuda yang telah melupakan semangat juang para pahlawan tempo dulu melawan pemerintah kolonial Belanda yang telah menginjakkan kakinya di Bumi Pertiwi beratus - ratus tahun silam. Pada masa itulah semangat juang bangsa Indonesia benar-benar diuji. Segenap jiwa dan raga rakyat Indonesia yang haus akan kebebasan memberontak, berusaha keluar dari belenggu penjajahan bangsa asing. Dalam keadaan itu, rakyat yang tidak kuasa melihat penderitaan bangsanya kemudian melakukan perlawanan-perlawanan terhadap penjajah. Pemikiran-pemikiran cemerlang muncul dari benak mereka untuk mewujudkan harapan itu. Organisasi-organisasi perjuangan bangsa dibentuk tidak lain hanya untuk kemajuan bangsa.  Mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya demi sebuah kata “kemerdekaan”. Memang, pada saat ini kata itu dengan mudah terucap dari mulut kita, tetapi saat penjajah membelenggu Indonesia tempo dulu, kata itu seakan hanya sebuah cita-cita yang ingin diwujudkan oleh rakyat Indonesia dengan taruhan jiwa dan raga. Orang - orang itulah yang kini kita sebut sebagai “pahlawan”. Tetapi apakah arti pahlawan yang sesungguhnya? Samakah pahlawan zaman penjajahan dulu dengan sekarang? Tentunya setiap orang memiliki argumen yang berbeda-beda tentang sosok pahlawan sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing. Yang perlu kita ingat adalah jiwa kepahlawanan yang bersemayam dalam diri kita tidak boleh sampai pudar termakan waktu, walaupun kita bukan sesosok pahlawan yang diakui sekalipun.
            Perjuangan yang memakan banyak korban jiwa itu tentunya bukan merupakan hal yang sia-sia belaka. Kita dapat menghirup udara bebas saat ini tidak lain karena jasa para pahlawan pejuang bangsa. Setelah dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 silam, bangsa Indonesia seakan mendapat kekuatan baru, semangat baru, dan harapan yang baru untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik. Tetapi, lambat-laun jiwa pahlawan - pahlawan itu telah terlupakan dan hanya tersisa namanya saja di benak para generasi muda. Padahal presiden pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno jauh-jauh hari sudah mengeluarkan slogan “jas merah” yang artinya jangan sekali - kali melupakan sejarah. Memang saat ini kita tidak membutuhkan pahlawan yang berperang mengangkat senjata, tetapi kita masih memerlukan pahlawan yang dengan sukarela mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa. Pahlawan-pahlawan yang mampu membawa Indonesia terbebas dari kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan, dan masalah-masalah lain yang melanda Indonesia saat ini. Tetapi sayangnya, semangat kepahlawanan itu telah terkubur di dasar hati para penerus bangsa tanpa adanya kemauan untuk kembali memunculkannya ke permukaan. Mereka telah melupakan sejarah kemerdekaan Indonesia yang direbut dengan tetesan darah dari sang pejuang bangsa.  
            Kemajuan zaman seakan menjadi penyebab utama lunturnya jiwa dan semangat pahlawan dalam diri generasi penerus bangsa. Arus globalisasi yang semakin merebak membawa dampak yang besar bagi kehidupan para pemuda Indonesia saat ini. Dari sekian banyak dampak yang dibawa oleh arus globalisasi, kebanyakan hanya dampak negatifnya saja yang dicerna oleh generasi muda, sehingga menyebabkan rusaknya moral pemuda Indonesia. Dari pengamatan yang saya lihat saat ini,  80% lebih para pemuda yang moral dan kebiasaannya telah tercemar oleh limbah globalisasi. Etika hidup, kebiasaan sehari-hari, cara berpakaian mereka, bahkan adat kesopanan mereka seakan telah melebur dengan kebudayaan bangsa lain yang belum tentu baik dan sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Itulah sebabnya mengapa para generasi penerus bangsa tidak mengerti akan arti perjuangan yang sesungguhnya. Padahal Bumi Pertiwi telah menunggu hasil karya tangan mereka.
Mereka seakan telah kehilangan identitas nasionalismenya sendiri. Mereka lebih menghargai dan membanggakan budaya maupun produk-produk bangsa asing dibandingkan budaya dan produk bangsanya sendiri. Bahkan, semakin banyak generasi penerus bangsa yang kehilangan kebanggaan sebagai orang Indonesia. Lalu, siapakah yang bersalah atas keadaan ini? Tidak ada seorang pun yang patut disalahkan kecuali diri kita sendiri. Kurangnya perhatian dari pemerintah untuk memunculkan program-program yang berfungsi untuk mengembangkan jiwa nasionalisme generasi muda merupakan salah satu alasan mengapa para pemuda kehilangan jiwa nasionalisme dalam diri mereka. Selain itu, program pendidikan yang berbasis pengembangan rasa nasionalisme masih kurang pada jenjang pendidikan SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Oleh sebab itu, pemerintah harus segera mengambil langkah konkret untuk melakukan modifikasi program nasional dan kebijaksanaan nasional semua itu untuk menumbuhkembangkan jiwa dan semangat pahlawan dalam diri anak bangsa sebelum mereka benar-benar lupa akan jati dirinya. Karena merekalah yang bertugas sebagai generasi pembangun bangsa di masa yang akan datang. Maka generasi muda memiliki tugas untuk membentuk kepribadian yang kokoh dalam diri generasi muda Indonesia.
Apabila semua rakyat Indonesia bahu membahu membangun bangsa, saya yakin negara ini akan menjadi negara yang lebih maju, kokoh dan mampu bersaing di kancah internasional.
Lalu, apa tugas kita sebagai generasi penerus bangsa?
Coba kita tengok ke dalam diri kita masing-masing. Kira-kira apa yang bisa kita lakukan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih maju? Sebenarnya banyak sekali cara yang bisa kita tempuh, antara lain :
1.  Belajar dengan giat merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Dengan belajar kita dapat mengembangkan bakat dan kreativitas dalam diri kita. Indonesia membutuhkan pemuda pemudi yang berprestasi untuk memajukan harkat dan martabat bangsa.
2.  Berusaha untuk mengharumkan nama bangsa dengan berani berlaga di kancah    internasional sesuai talenta yang kita miliki.
3. Mencintai produk-produk dalam negeri dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
4.     Mencintai budaya asli Indonesia dan bertekad untuk melestarikannya agar tidak punah atau diklaim oleh negara lain.  
5.   Mengembangkan jiwa dan semangat nasionalisme dalam diri kita dan selalu mengenang peristiwa-peristiwa sejarah untuk kita ambil makna pentingnya.
6.     Mengenang dan menghormati jasa-jasa para pahlawan dengan berbagai cara. Misalnya : Mengikuti upacara bendera dengan kidmat, dan lain-lain.
7.     Menumbuhkan rasa tanggung jawab, berdisiplin tinggi dan berorganisasi dalam diri kita sebagai bekal di masa mendatang.
8.      Menjaga kebersihan lingkungan dan selalu menaati peraturan dimanapun kita berada.
9.      Menjunjung tinggi HAM dan tidak melanggar hak-hak orang lain.
10.  Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 dan masih banyak yang lain.
Jadi, sebelum Indonesia tenggelam dalam lautan penderitaan akibat dijajah bangsa asing di era globalisasi ini, kini saatnya kita menyingsingkan lengan baju untuk memajukan bangsa Indonesia menuju gerbang kehidupan yang lebih aman, sejahtera, makmur, dan berkecukupan. Ingatlah ! Tugas kita sebagai tunas - tunas bangsa sangat banyak. Untuk itu, mulailah bercita-cita untuk membangun bangsa mulai dari sekarang. Harapan masih terbentang luas untuk memajukan negara ini. Jangan mudah menyerah !



SEKIAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar