TERKUBURNYA MEMORI KEPAHLAWANAN
DI DASAR HARAPAN
10 November 64 tahun
silam, terjadi peristiwa yang sangat berarti bagi perkembangan bangsa Indonesia
saat ini. Kota Surabaya menjadi saksi bisu perjuangan korban – korban
penjajahan yang terkubur di bawah tangisan rakyat. Tetapi, kini peristiwa itu
hanya terkenang bak bayang yang cepat belalu. Seiring dengan bergantinya waktu,
peristiwa itu hanya termemori oleh kalangan tertentu. Hanya segelintir orang
yang tahu sejarah terjadinya peristiwa heroik tersebut. Banyak kalangan pemuda
yang telah melupakan semangat juang para pahlawan tempo dulu melawan pemerintah
kolonial Belanda yang telah menginjakkan kakinya di Bumi Pertiwi beratus - ratus
tahun silam. Pada masa itulah semangat juang bangsa Indonesia benar-benar
diuji. Segenap jiwa dan raga rakyat Indonesia yang haus akan kebebasan
memberontak, berusaha keluar dari belenggu penjajahan bangsa asing. Dalam
keadaan itu, rakyat yang tidak kuasa melihat penderitaan bangsanya kemudian
melakukan perlawanan-perlawanan terhadap penjajah. Pemikiran-pemikiran
cemerlang muncul dari benak mereka untuk mewujudkan harapan itu.
Organisasi-organisasi perjuangan bangsa dibentuk tidak lain hanya untuk
kemajuan bangsa. Mereka rela
mengorbankan jiwa dan raganya demi sebuah kata “kemerdekaan”. Memang, pada saat
ini kata itu dengan mudah terucap dari mulut kita, tetapi saat penjajah
membelenggu Indonesia tempo dulu, kata itu seakan hanya sebuah cita-cita yang
ingin diwujudkan oleh rakyat Indonesia dengan taruhan jiwa dan raga. Orang -
orang itulah yang kini kita sebut sebagai “pahlawan”. Tetapi apakah arti
pahlawan yang sesungguhnya? Samakah pahlawan zaman penjajahan dulu dengan
sekarang? Tentunya setiap orang memiliki argumen yang berbeda-beda tentang
sosok pahlawan sesuai dengan pemikiran mereka masing-masing. Yang perlu kita
ingat adalah jiwa kepahlawanan yang bersemayam dalam diri kita tidak boleh
sampai pudar termakan waktu, walaupun kita bukan sesosok pahlawan yang diakui
sekalipun.
Perjuangan yang memakan
banyak korban jiwa itu tentunya bukan merupakan hal yang sia-sia belaka. Kita
dapat menghirup udara bebas saat ini tidak lain karena jasa para pahlawan
pejuang bangsa. Setelah dibacakannya teks proklamasi kemerdekaan 17 Agustus
1945 silam, bangsa Indonesia seakan mendapat kekuatan baru, semangat baru, dan
harapan yang baru untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik. Tetapi,
lambat-laun jiwa pahlawan - pahlawan itu telah terlupakan dan hanya tersisa
namanya saja di benak para generasi muda. Padahal presiden pertama Republik Indonesia
Ir. Soekarno jauh-jauh hari sudah mengeluarkan slogan “jas merah” yang artinya
jangan sekali - kali melupakan sejarah. Memang saat ini kita tidak membutuhkan
pahlawan yang berperang mengangkat senjata, tetapi kita masih memerlukan
pahlawan yang dengan sukarela mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa.
Pahlawan-pahlawan yang mampu membawa Indonesia terbebas dari kebodohan, kemiskinan,
ketertinggalan, dan masalah-masalah lain yang melanda Indonesia saat ini. Tetapi
sayangnya, semangat kepahlawanan itu telah terkubur di dasar hati para penerus
bangsa tanpa adanya kemauan untuk kembali memunculkannya ke permukaan. Mereka
telah melupakan sejarah kemerdekaan Indonesia yang direbut dengan tetesan darah
dari sang pejuang bangsa.
Kemajuan zaman seakan menjadi
penyebab utama lunturnya jiwa dan semangat pahlawan dalam diri generasi penerus
bangsa. Arus globalisasi yang semakin merebak membawa dampak yang besar bagi
kehidupan para pemuda Indonesia saat ini. Dari sekian banyak dampak yang dibawa
oleh arus globalisasi, kebanyakan hanya dampak negatifnya saja yang dicerna
oleh generasi muda, sehingga menyebabkan rusaknya moral pemuda Indonesia. Dari
pengamatan yang saya lihat saat ini, 80%
lebih para pemuda yang moral dan kebiasaannya telah tercemar oleh limbah globalisasi.
Etika hidup, kebiasaan sehari-hari, cara berpakaian mereka, bahkan adat
kesopanan mereka seakan telah melebur dengan kebudayaan bangsa lain yang belum
tentu baik dan sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Itulah sebabnya
mengapa para generasi penerus bangsa tidak mengerti akan arti perjuangan yang
sesungguhnya. Padahal Bumi Pertiwi telah menunggu hasil karya tangan mereka.
Mereka seakan telah kehilangan identitas nasionalismenya sendiri. Mereka
lebih menghargai dan membanggakan budaya maupun produk-produk bangsa asing
dibandingkan budaya dan produk bangsanya sendiri. Bahkan, semakin banyak
generasi penerus bangsa yang kehilangan kebanggaan sebagai orang Indonesia.
Lalu, siapakah yang bersalah atas keadaan ini? Tidak ada seorang pun yang patut
disalahkan kecuali diri kita sendiri. Kurangnya perhatian dari pemerintah untuk
memunculkan program-program yang berfungsi untuk mengembangkan jiwa
nasionalisme generasi muda merupakan salah satu alasan mengapa para pemuda kehilangan
jiwa nasionalisme dalam diri mereka. Selain itu, program pendidikan yang
berbasis pengembangan rasa nasionalisme masih kurang pada jenjang pendidikan
SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi. Oleh sebab itu, pemerintah harus segera
mengambil langkah konkret untuk melakukan modifikasi program nasional dan
kebijaksanaan nasional semua itu untuk menumbuhkembangkan jiwa dan semangat
pahlawan dalam diri anak bangsa sebelum mereka benar-benar lupa akan jati
dirinya. Karena merekalah yang bertugas sebagai generasi pembangun bangsa di masa
yang akan datang. Maka generasi muda memiliki tugas untuk membentuk kepribadian
yang kokoh dalam diri generasi muda Indonesia.
Apabila semua rakyat Indonesia bahu membahu membangun bangsa, saya yakin
negara ini akan menjadi negara yang lebih maju, kokoh dan mampu bersaing di
kancah internasional.
Lalu, apa tugas kita sebagai generasi penerus bangsa?
Coba kita tengok ke dalam diri kita masing-masing. Kira-kira apa yang bisa
kita lakukan untuk membangun bangsa ini menjadi lebih maju? Sebenarnya banyak
sekali cara yang bisa kita tempuh, antara lain :
1. Belajar dengan giat merupakan salah satu
cara yang paling mudah untuk mengisi kemerdekaan Indonesia. Dengan belajar kita
dapat mengembangkan bakat dan kreativitas dalam diri kita. Indonesia
membutuhkan pemuda pemudi yang berprestasi untuk memajukan harkat dan martabat
bangsa.
2. Berusaha untuk mengharumkan nama bangsa
dengan berani berlaga di kancah
internasional sesuai talenta yang kita miliki.
3. Mencintai produk-produk dalam negeri dan
menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mencintai budaya asli Indonesia dan
bertekad untuk melestarikannya agar tidak punah atau diklaim oleh negara lain.
5. Mengembangkan jiwa dan semangat
nasionalisme dalam diri kita dan selalu mengenang peristiwa-peristiwa sejarah
untuk kita ambil makna pentingnya.
6. Mengenang dan menghormati jasa-jasa para
pahlawan dengan berbagai cara. Misalnya : Mengikuti upacara bendera dengan
kidmat, dan lain-lain.
7. Menumbuhkan rasa tanggung jawab,
berdisiplin tinggi dan berorganisasi dalam diri kita sebagai bekal di masa
mendatang.
8.
Menjaga kebersihan lingkungan dan selalu
menaati peraturan dimanapun kita berada.
9.
Menjunjung tinggi HAM dan tidak melanggar
hak-hak orang lain.
10.
Mengamalkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dan UUD 1945 dan masih banyak yang lain.
Jadi, sebelum Indonesia tenggelam dalam lautan penderitaan akibat dijajah
bangsa asing di era globalisasi ini, kini saatnya kita menyingsingkan lengan
baju untuk memajukan bangsa Indonesia menuju gerbang kehidupan yang lebih aman,
sejahtera, makmur, dan berkecukupan. Ingatlah ! Tugas kita sebagai tunas -
tunas bangsa sangat banyak. Untuk itu, mulailah bercita-cita untuk membangun
bangsa mulai dari sekarang. Harapan masih terbentang luas untuk memajukan
negara ini. Jangan mudah menyerah !
SEKIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar